Viral Santri Diduga Dianiaya Senior, Ini Penjelasan Ponpes di Banyuasin
Merdeka.com - Seorang santri Pondok Pesantren Izzatuna Banyuasin, Sumatera Selatan, FTM (12), diduga dianiaya seniornya, NA (17). Pihak yayasan pun memberikan penjelasan terkait kejadian yang viral di media sosial itu.
Ketua Yayasan Izzatuna Muhammad Kosasi menyatakan tidak ada kekerasan yang dilakukan santrinya, terlebih menyebabkan korban terluka parah. Yayasan telah meminta keterangan NA dan beberapa santri lainnya setelah menerima laporan keributan di salah satu kamar asrama santri.
"Tidak ada kekerasan itu, sudah kami konfirmasi ke NA dan yang lainnya," ungkap Kosasi, Senin (24/10).
-
Siapa yang dianiaya di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin? 'Saya mondok di sana selama enam tahun, tiga tahun MTs dan Aliyah. Selama 6 tahun di situ cukup banyak perubahan, baik dari pembangunan dan gurunya,' kata Adi Maulana kepada merdeka.com. Menurut Adi Maulana, Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin merupakan yang terbaik di Provinsi Jambi, apalagi Kabupaten Tebo, baik dari sisi pendidikan, pengembangan multimedia, dan lainnya. 'Kalau untuk segi pembelajaran nilainya plus kemudian santri di pondok Raudhatul Mujawwidin itu paling banyak santri se-Jambi. Pada waktu saya masuk pondok santri hanya 800, sekarang sudah lebih dari dua ribu santri,' ujarnya. Namun, pondok pesantren ini juga ada minusnya. Adi Maulana menceritakan, salah satu kejelekannya adalah selalu menutupi masalah kecil ataupun masalah besar. Sepengetahuan dia, kasus santri meninggal baru pertama kali ini terjadi. Namun tindak kekerasan, seperti bullying sudah lama berlangsung. 'Zaman saya juga sudah ada, tapi tidak sampai meninggal seperti ini,' paparnya.
-
Siapa yang diduga mencabuli santriwati? Seorang ustaz inisial FS (34 tahun) yang mengajar di salah satu dayah (pesantren) di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, ditangkap polisi. Dia diduga mencabuli santriwatinya.
-
Siapa yang menjadi korban santet? 'Semua permukaan eksterior dari guci awalnya tertutup teks yang mengandung lebih dari 55 nama yang diukir, puluhan di antaranya sekarang hanya bertahan sebagai huruf-huruf terpisah yang mengambang atau coretan pensil yang samar,' jelas Lamont.
-
Di mana kasus pencabulan pengasuh Ponpes terjadi? Kasus pencabulan kembali terjadi di lingkungan pondok pesantren. Kali ini seorang pengasuh pondok pesantren di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar diduga mencabuli enam orang santriwati.
-
Apa bentuk pelecehan yang dilakukan pelaku? Dia mengatakan korban sempat takut untuk mengaku hingga akhirnya pihak keluarga membawa korban ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pengecekan.'Yang bersangkutan menyampaikan takut. Setelah itu keluarga korban mengecek ke rumah sakit dan ternyata betul korban hamil, dan diakui oleh korban bahwa ia mengalami kekerasan seksual oleh pamannya sendiri,' kata dia, seperti dilansir dari Antara.
Hanya Tarik Kerah Baju
Dari pengakuan NA, dirinya hanya mencengkeram kerah baju korban, bukan melakukan pemukulan. Peristiwa itu terjadi pada 7 Agustus 2022 lalu.
Dari keributan itu, wali asrama bersama pengasuh melakukan musyawarah dan memberikan teguran lisan kepada NA serta memindahkan ke kamar lain agar peristiwa serupa tak lagi terulang.
Kemudian, pada 18 Oktober 2022, FTM dijemput orang tuanya dengan alasan sakit perut. Setelah itu, orang tuanya menghubungi wali asrama untuk menanyakan kenapa anaknya sakit perut dan sering muntah setelah makan.
"Orang tuanya bilang anaknya pernah ribut di kamar dengan NA. Kami nyatakan tidak ada kejadian apa pun saat dia minta izin pamit pulang," ujarnya.
Kemudian pada 20 Oktober 2022, yayasan mengajak NA dan walinya membesuk FTM di rumah sakit. Ketika itu, terjadi kesepakatan untuk berdamai dan diselesaikan secara kekeluargaan.
"Kami kaget ketika mengetahui kasus ini menjadi viral, padahal sudah ada mediasi antara mereka yang ditengahi pesantren," kata dia.
Sebut Sudah Berdamai
Kuasa Hukum orangtua NA, Novel Suwa menyebut, anak kliennya baru pindah ke pesantren itu sehingga ditempatkan di kamar anak SMP sebelum mendapatkan kamar permanen. Dia mengakui terjadi keributan antara FTM dan NA pada 7 Agustus 2022.
"Ada keributan biasa seperti persoalan kain dan persoalan lainnya sehingga terjadilah perkelahian. Tapi itu sudah lama, sekarang baru viral, itu yang kami sayangkan," kata dia.
"Apalagi masalah ini sudah berdamai, sudah saling memaafkan, anak klien saya juga sudah meminta maaf," sambungnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus perundungan ini sudah dilaporkan orang tua korban ke pihak guru, tetapi tidak direspons.
Baca SelengkapnyaPengasuh ponpes mengaku tak tahu menahu mengapa muncul narasi AKA dibanting. Pihaknya juga sudah menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya pada orangtua korban.
Baca SelengkapnyaKorban atas nama BM, 14 tahun, siswa kelas 8 yang beralamat di Desa Karangharjo, Kabupaten Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaPihak pondok pesantren mengantarkan jenazah korban ke rumahnya, tanpa lapor polisi.
Baca SelengkapnyaSelain itu, alasan keluarga sepakat damai karena orangtua pelaku dan pondok pesantren sudah datang ke rumah.
Baca SelengkapnyaPenganiayaan itu mengakibatkan luka lebam di bagian paha dan alat kelamin korban.
Baca SelengkapnyaDari keterangan yang didalami polisi, korban pelecehan bertambah.
Baca SelengkapnyaAndri menjelaskan saat ini kedua pelaku ditahan di Polres Tebo untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaPesantren dinilai terkesan menutupi kasus tersebut
Baca SelengkapnyaSantri Meninggal Tak Wajar, Ayah dan Ibu di Jambi Mengadu ke Hotman Paris
Baca SelengkapnyaSeorang santri ponpes Al-Hanafiyyah Kediri meninggal dunia usai dianiaya senior
Baca SelengkapnyaSantri itu tengah berada di Perpustakaan saat dianiaya seniornya.
Baca Selengkapnya